HARAPAN PADA PENELITIAN PENYEMBUHAN HIV
HARAPAN PADA PENELITIAN PENYEMBUHAN HIV
Serangkaian senyawa yang disebut inhibitor HDAC golongan 1 memberi harapan terbesar untuk mengaktivasi HIV yang tertidur (laten) di dalam sel CD4 yang beristirahat.
Temuan tersebut juga menjelaskan mengapa penelitian sebelumnya yang memakai jenis inhibitor HDAC lain, antiepileptik valproik hanya menunjukkan dampak yang lemah.
Temuan itu dilaporkan oleh David Margolis dan Nancie Archin.
Setelah tergabung di dalam genome induk, HIV dapat tetap diam dalam sel CD4 yang beristirahat selama beberapa tahun, asalkan tidak dipicu untuk bereplikasi oleh sinyal yang membidik bagian kode genetik virus di tempat persembunyian panjangnya.
Setelah rangsangan muncul, serangkaian peristiwa rumit muncul di dalam sel yang memicu replikasi HIV.
Para peneliti yang tertarik untuk mencari penyembuh HIV berpendapat bahwa satu-satunya cara adalah dengan membersihkan seluruh tempat persembunyian virus laten di dalam tubuh, karena jumlah virus laten yang sangat sedikit pun, pada akhirnya cukup untuk meningkatkan kembali viral load ke tingkat sebelum pengobatan apabila terapi antiretroviral (ART) dihentikan.
Satu-satunya cara adalah dengan membersihkan tempat persembunyian virus laten, menurut pendapat saat ini, dengan mengaktivasi virus laten sambil memberi ART untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
Kesepakatan umum di antara para peneliti adalah bahwa aktivasi HIV laten dalam skala besar dapat mengakibatkan hilangnya pengendalian virus, karena ART dapat menekan viral load secara sangat efisien, dan juga karena jumlah HIV laten di tempat persembunyian lebih rendah dibandingkan jumlah populasi virus sebelum memakai ART.
Namun, menemukan cara membersihkan tempat persembunyian HIV laten tidak mudah. Inhibitor HDAC (histone deacetylase) sudah diusulkan sebagai salah satu pilihan; HDAC diharapkan mampu menghambat mekanisme sel histone deacetylation yang dimanfaatkan oleh HIV untuk tetap laten.
Upaya sebelumnya yang memakai asam valproik belum berhasil, sehingga beberapa peneliti berpendapat bahwa pendekatan tersebut tidak sempurna.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh kelompok peneliti dari Universitas North Carolina ini, mereka menguji kemampuan berbagai jenis inhibitor HDAC untuk memicu replikasi HIV dalam sel CD4 yang beristirahat pada Odha dengan viral load tidak terdeteksi yang memakai ART.
Mereka menemukan bahwa tidak semua inhibitor HDAC memicu replikasi HIV dengan cara yang sama, dan secara khusus para peneliti menentukan bahwa inhibitor yang menyasar HDAC golongan 1 tipe 1, 2 ,3 dan yang juga menyasar HDAC golongan 2 tipe 6 mungkin yang paling efisien.
Temuan itu akan lebih menarik perhatian baru untuk mencari inhibitor HDAC yang menyasar HDAC tertentu, dan menentukan mekanisme yang menghambat HDAC di tempat tertentu yang paling terdampak oleh senyawa yang memberi harapan tersebut.
Sebagian dari penelitian ini akan berpusat untuk menentukan senyawa yang hanya sedikit sekali menganggu proses sel. Hal ini dilakukan untuk membatasi toksisitas.
Penelitian inhibitor HDAC terhadap infeksi HIV pada manusia hampir terbukti mustahil apabila toksisitasnya sangat bermakna atau tidak dipahami dengan baik, walau rejimen ARV yang tersedia saat ini dapat ditahan dengan baik.
Inhibitor HDAC yang lebih khusus sudah dipakai atau sedang dikembangkan untuk terapi kanker, dan juga sedang diselidiki untuk terapi penyakit Alzheimer, penyakit Huntington, psoriasis dan infeksi jamur, serta penelitian di bidang ini mungkin bermanfaat bagi penelitian HIV.