Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TERAPI PSIKOANALISA SCHIZOPHRENIA

TERAPI PSIKOANALISA SCHIZOPHRENIA


Gejala-gejala gangguan schizophrenia yang kronik telah membuat situasi pengobatan di dalam maupun di luar Rumah Sakit Jiwa menjadi monoton dan menjemukan. 

Para psikiater dan petugas kesehatan terkondisi untuk menangani schizophrenia dengan obat saja selain terapi kejang listrik (ECT). 

Psikoterapi suportif, terapi kelompok, maupun terapi perilaku hampir tidak pernah dilakukan, karena dianggap tidak akan banyak manfaatnya. 

Wawancara tatap muka yang rutin dengan pasien jarang  dilakukan.

Psikoterapi adalah perawatan dan penyembuhan gangguan jiwa dengan cara psikologis. 

beberapa pakar psikoterapi beranggapan bahwa perubahan perilaku tergantung pada pemahaman individu atas motif dan konflik yang tidak disadari.

Terapi Psikoanalisa.

Terapi Psikoanalisa adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud. 

Tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak disadarinya dan mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk mengendalikan kecemasannya. 

Hal yang paling penting pada terapi ini adalah untuk mengatasi hal-hal yang direpress oleh penderita. 

Metode terapi ini dilakukan pada saat penderita  sedang tidak "kambuh".

Macam terapi psikoanalisa yang dapat dilakukan, adalah  Asosiasi Bebas. 

Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk  membebaskan pikiran dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannya tanpa penyuntingan atau penyensoran.

Pada teknik ini, penderita disupport untuk bisa berada dalam kondisi relaks baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. 

Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks, maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal.

Pada saat penderita tidur di sofa dan disuruh menyebutkan segala macam pikiran dan perasaan yang ada di benaknya dan penderita mengalami blocking, maka hal itu merupakan manifestasi dari keadaan over-repressi. 

Hal yang direpress biasanya berupa dorongan vital seperti sexual dan agresi. 

Repressi terhadap dorongan agresi menyangkut figur otorotas yang selalu diwakili oleh father dan mother figure. 

Repressi anger dan hostile merupakan salah satu bentuk intrapsikis yang biasa menyebabkan blocking pada individu. 

Akibat dari blocking tersebut, maka integrasi kepribadian menjadi tidak baik, karena ada tekanan ego yang sangat besar.

Menurut Freud, apabila terjadi blocking dalam proses asosiasi bebas, maka penderita akan melakukan analisa. Hasil dari analisanya dapat menimbulkan insight pada penderita. 

Analisa pada waktu terjadi blocking bertujuan agar penderita mampu menempatkan konfliknya lebih proporsional, sehingga penderita mengalami suatu proses penurunan ketegangan dan penderita lebih toleran terhadap konflik yang dialaminya.

Seperti yang telah diungkapkan terdahulu bahwa penderita diberi kesempatan untuk dapat mengungkapkan segala traumatic events dan keinginan-keinginan yang direpressnya. 

Waktu ini disebut dengan moment chatarsis. Disini penderita diberi kesempatan untuk mengeluarkan keluh kesah yang ia rasakan, sehingga terjadi redusir terhadap pelibatan emosi dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya.

Dalam teknik asosiasi bebas ini, juga terdapat proses transference, yaitu suatu keadaan dimana pasien menempatkan therapist sebagai figur substitusi dari figur yang sebenarnya menimbulkan masalah bagi penderita. 

Terdapat 2 macam transference, yaitu 

(1) transference positif, yaitu apabila therapist menggantikan figur yang disukai oleh penderita, 

(2) transference negatif, yaitu therapist menggantikan figur yang dibenci oleh penderita.