PENGETAHUAN HIV/AIDS : PERJALANAN INFEKSI HIV/AIDS
Kelanjutan Penyakit HIV
Awal infeksi
Grafik menunjukkan kelanjutan infeksi pada beberapa bulan pertama (masa infeksi akut).
Segera setelah virus masuk ke aliran darah kita, HIV mulai replikasi secara cepat, dan viral load meloncat tajam (garis merah).
Oleh karena itu, banyak sel CD4 dihancurkan, dan jumlah sel CD4 turun drastis (garis biru).
Setelah beberapa minggu, sistem kekebalan mulai membentuk antibodi terhadap HIV (garis hijau), dan antibodi ini mulai melawan dengan virus, sehingga viral load mulai menurun dan jumlah CD4 meningkat kembali.
Antibodi baru dapat terdeteksi oleh tes HIV setelah beberapa minggu (masa jendela). Pada masa ini, viral load dan daya menular paling tinggi.
Kadang kala infeksi akut, yang terjadi 2-3 minggu setelah kita terinfeksi HIV, dapat menimbulkan penyakit primer atau akut.
Penyakit ini dapat ditandai oleh demam, rasa letih, sakit pada otot dan sendi, sakit menelan, dan pembesaran kelenjar getah bening.
Jadi gejalanya mirip gejala flu, dan jarang diketahui atau didiagnosis sebagai awal infeksi HIV. Di negara maju,diperkirakan 30-60% orang mengalami penyakit akut setelah terinfeksi HIV di Indonesia.
Kelanjutan infeksi
Grafik berikut menunjukkan kelanjutan infeksi setelah infeksi akut.
Tahap ini biasanya mulai dengan masa tanpa gejala, yang bertahan rata-rata 7-10 tahun dan dapat jauh lebih lama, atau pun lebih pendek juga.
Selama masa ini viral load meningkat pelan-pelan, sementara jumlah CD4 terus-menerus merosot.
HIV replikasi terus dengan puluhan miliar virus dibuat dan dihancurkan setiap hari.
Kemudian viral load mulai meningkat tajam, sementara jumlah CD4 menurun di bawah 200, yang mendefinisikan AIDS.
Karena sistem kekebalan tubuh semakin rusak (ditandai oleh CD4 yang semakin rendah), infeksi oportunistik (IO) mulai muncul.
Dan semakin rendah CD4, IO akan menjadi semakin berat dan semakin sulit diobati.
Akhirnya, viral load menjadi sangat tinggi dan jumlah CD4 dapat menjelang nol.
Yang menarik juga, pada tahap penyakit lanjutan, jumlah antibodi mulai menurun, seperti dilihat pada garis hijau.
Hal ini terjadi karena antibodi dibuat oleh sistem kekebalan, dan bila sudah rusak, sistem tersebut tidak mampu membuat antibodi lagi.
Walaupun jarang, pada masa ini, tes HIV dapat menunjukkan hasil non-reaktif (negatif), karena tinggal terlalu sedikit antibodi untuk menunjukkan hasil positif.
Hal ini disebut sebagai sero-reversi, tetapi tidak berarti kita sembuh; justru sangat jelas pada saat itu, kita sangat sakit!
Namun, karena umumnya gejala penyakit yang kita alami tidak langsung disebabkan oleh infeksi, melainkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi, dengan sistem kekebalan tubuh begitu rusak, sering kali gejala penyakit mulai hilang sebagaimana jumlah CD4 menjelang nol.
Hal ini bukan berarti kita tidak sakit; hanya kita tidak mengalami gejalanya. Dan akhirnya penyakit tersebut mengakibatkan kematian kita.
Harus ditekankan bahwa kelanjutan ini terjadi bila kita tidak memakai terapi antiretroviral (ART).
Kalau kita sempat mulai ART sebelum jumlah CD4 turun di bawah 200, kemungkinan kita tidak akan mengalami infeksi oportunistik yang berat, dan kita tidak akan melanjutkan ke tahap AIDS.
Tetapi jelas keadaan yang baik ini hanya akan berlaku terus-menerus jika kita memakai ART dengan kepatuhan yang tinggi.