Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LUMPUH WAJAH BELL’S PALSY DAN AKUPUNTUR

Penyebab Terjadinya Bell’s Palsy


Sebelum kita mengenal lebih jauh bagaimana manfaat akupuntur untuk penderita lumpuh wajah (bell’s palsy), sebaiknya kita mengetahui apa itu bell’s palsy. 

Bell’s Palsy atau lumpuh wajah adalah keadaan dimana saraf fasialis yang berada di muka menjadi abnormal atau dengan kata lain saraf tersebut mengalami kelumpuhan yang mengakibatkan otot-otot di sekitar wajah tidak berfungsi semestinya

Sering terkena angin ialah salah satu penyebab historis yang patut diperhitungkan, contohnya adalah setelah bersepeda, bermotor, dan tidur dekat jendela (Brain, 1960) 

Nervus facialis adalah nervus cranial ke VII dan bersifat motorik yang mengatur fungsi otot-otot ekspresi wajah termasuk otot dahi, sekeliling  mata dan mulut lakrimasi (sekresi pengeluaran air mata) dan salivasi ( pengeluaran liur ).

Mekanisme dari kelumpuhan saraf fasialis tersebut adalah adanya peradangan akut N.facialis di dalam foramen stylomastoideum. 

Menurut Chusid hal ini belum diketahui primer pada sarafnya atau sekunder pada tulangnya. 

Kedua poin tersebut dapat disebabkan banyak hal, yaitu terkena hempasan angin secara langsung pada daerah muka, tumor, fraktura (patah tulang). 

Terpaan angin yang dingin masuk ke dalam foramen stylomastoideum, menyebabkan nervus yang disekitar wajah mengalami pembengkakan. 

Pembengkakan tersebut membuat pasokan darah ke otot-otot muka berhenti dan mengakibatkan kematian sel dan impuls mengalami kerusakan sehingga perintah-perintah dari otak tidak dapat diteruskan.

Penyebaran dan Penanganan Bell’s Palsy

Bell’s Palsy dapat terjadi pada pria atau wanita di semua umur, tetapi pada kalangan umur 20 – 50 tahun lebih sering dijumpai (Chusid,1993).

Penderita lumpuh wajah (bell’s palsy) datang ke rumah sakit dengan bermacam- macam keluhan, diantaranya adalah ketika bangun pagi merasakan rasa nyeri dan sakit di bagian kiri wajah, mulutnya miring sebelah, susah minum dikarenakan air akan kembali keluar dari sisi mulut yang mengalami parese (kelumpuhan). 

Pada penderita bell’s palsy kita bisa menegakkan suatu diagnosis dengan hanya inspeksi (melihat) dari kondisi wajah pasien tersebut, tanda-tanda yang sering muncul pada pasien bell’s palsy adalah salah satu alisnya jatuh ke bawah, kelopak mata tidak menutup secara sempurna, wajah terlihat tidak simetris antara kiri dan kanan. 

Poin-poin tersebut sudah bisa menggambarkan secara jelas bahwa ada kemungkinan pasien tersebut menderita bell’s palsy.

Selain dengan inspeksi, pemeriksaan penunjang juga penting jika itu diperlukan untuk menguatkan suatu diagnosis bahwa pasien tersebut benar menderita bell’s palsy atau lumpuh wajah. 

Pemeriksaan tersebut dinamakan “Nasolacrimal Reflex Test” yang bertujuan untuk mengetahui fungsi serabut saraf simpatikus Nervus Facialis pada seseorang yang diduga menderita bell’s palsy.

Sebenarnya pemeriksaan ini masih tergolong mahal bagi masyarakat karena pemeriksaan tersebut menggunakan alat-alat rumit dan diperlukan tenaga ahli yang benar-benar terampil dalam mengoperasikan alat-alat tersebut, dan sebagai tambahan tidak semua rumah sakit mempunyai alat-alat tersebut.

Selain pemeriksaan pada penderita bell’s palsy, terdapat bermacam-macam pengobatan yang sudah sering dilakukan di rumah sakit. 

Pengobatan yang sudah lama ditinggalkan dan mempunyai resiko tinggi adalah pengobatan dengan cara pembedahan (dekompresi  facialis),pemberian antibiotika dengan dosis-dosis tertentu seperti pemberian prednison 60 mg/hari untuk lima hari pertama, tetapi pengobatan-pengobatan terebut masih tergolong jauh dari jangkauan rakyat Indonesia yang rata-rata menengah ke bawah.

Alangkah baiknya jika para dokter tidak hanya memikirkan kesembuhan secara kasat mata semata, tetapi memikirkan efek apa yang ditimbulkan dari pengobatan-pengobatan tersebut, pasca pembedahan jika tidak dilakukan penanganan lanjut secara rutin dan benar,kemungkinan besar nilai kosmetik dari pasien tersebut akan turun, begitu juga dengan pemberian antibiotika kepada pasien yang harus selalu memperhatikan tingkat alergi dari pasien tersebut. 

Hal-hal tersebut haruslah menjadi poin tersendiri bagi seorang dokter, jika nilai kosmetik seorang pasien turun, hal itu akan mempengaruhi kondisi kejiwaan pasien yang mengakibatkan pasien menjadi minder atau kurang percaya diri. 

Akupuntur Sebagai Terapi Bell’s Palsy

Saat  ini  akupuntur bukanlah sekedar pengobatan kuno, melainkan pengobatan moderen yang sudah banyak di pakai para dokter di Indonesia bahkan dunia internasional dalam mengobati kelumpuhan saraf fasialis.

Mengapa Akupuntur ?

Saraf fasialis yang mengalami kelumpuhan tersebut ternyata bisa dirangsang dengan terapi akupuntur, yaitu menusukkan jarum ke bagian yang mengalami lumpuh wajah tersebut untuk merangsang kembali titik-titik saraf yang sudah mengalami parese (kelumpuhan) tersebut.  

Jarum-jarum tersebut ditusukkan di titik-titik saraf di bagian tertentu untuk mendapatkan suatu sinyal positif. 

Selain itu, Akupuntur adalah  pengobatan  yang  mempunyai  resiko  paling  kecil  di  antara pengobatan-pengobatan barat saat ini.

Pernyataan di atas adalah suatu kenyataan yang harus di amati para dokter saat ini, akupuntur mempunyai tingkat resiko lebih rendah jika dibandingkan dengan pengobatan-pengobatan medik yang sudah sering dilakukan pada penderita lumpuh wajah atau bell’s palsy. 

Pengobatan-pengobatan tersebut mempunyai resiko tinggi seperti cacat seumur hidup dalam pembedahan dan pemberian antibiotika yang tidak sesuai.

Keistimewaan lain akupuntur adalah jika dibandingkan dengan pengobatan-pengobatan lain, akupuntur tergolong pengobatan yang murah dan hampir bisa dijangkau semua lapisan khususnya masyarakat yang rata-rata menengah ke bawah.

Pengobatan secara akupuntur selain mempunyai resiko paling kecil, akupuntur adalah pengobatan yang tergolong murah. 

Hal inilah yang membuat daya tarik pengobatan akupuntur menjadi lebih, karena tingkat  keefektifannya pula yang membuat akupuntur merupakan pengobatan yang tidak hanya murah tapi berkualitas dalam penanganan suatu penyakit khususnya pada penderita bell’s palsy.

Poin-poin di atas merupakan kelebihan akupuntur dibandingkan dengan pengobatan yang lain, misteri akupuntur untuk penderita bell’s palsy sudah mulai terpecahkan oleh berbagai macam penelitian oleh para dokter. 

penelitian dengan menggunakan radio isotop dan alat SPECT (Single Proton Emission Computerized Tomography) yang digunakan untuk melacak jalur meridian akupunktur dari penderita lumpuh wajah. 

Meridian sendiri adalah suatu jalur atau titik-titik yang menghubungkan satu titik akupuntur dengan titik yang lain, ciri khas meridian adalah tidak nyata, seperti keberadaan nyawa di dalam tubuh manusia yang sampai sekarang belum di temukan bentuknya. 

Penelitian yang menggunakan tenaga nuklir tersebut berhasil menemukan titik-titik akupuntur yang akurat dan jelas.

Mekanisme Akupuntur Dalam Pengobatan Bell’s Palsy

Mekanisme pengobatan bell’s palsy secara akunpuntur secara umum adalah penusukkan jarum ke daerah-daerah facialis yang mengalami parese (kelumpuhan), dan perlu diingat jarum yang digunakan tidak sembarangan, baik dari segi panjang maupun diameter. 

Jika daerah wajah, maka jarum yang digunakan biasanya lebih tipis dan pendek dibandingkan di daerah lain dan pada penusukkan jarum pada wajah, biasanya jarum yang dimasukkan hanya sekitar 0,5 cm dan 1-2 cm jika pada daerah otot-otot yang tebal. 

Lalu jarum yang sudah ditusukkan di daerah yang mengalami parese tersebut dialiri oleh listrik berfrekuensi rendah. 

Lalu otot-otot mimik merangsang frekuensi tersebut dengan kontraksi yang merangsang agar otot-otot tersebut kembali normal. 

tahap-tahap dari akupuntur sendiri dapat di bagi menjadi tiga, yaitu :

1. Efek Lokal, yaitu penusukan mengakibatkan dilatasi kapiler, peningkatan permeabilitas kapiler,dan hal ini dapat dilihat dari warna kemerahan pada daerah penusukan khususnya pada otot-otot bagian muka.

2. Efek Segmental, yaitu hantaran serabut saraf ke dalam medulla spinalis dan sel saraf lainnya (regional).

3. Efek Sentral, yaitu rangsangan yang sudah sampai ke  dalam medulla spinalis diteruskan ke SSP (susunan saraf pusat) melalui jalur batang otak, substansia grisea, hipotalamus, thalamus, dan cerebrum. Hal tersebut merupakan invasif mikro dan mengaktifkan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencapai suatu keadaan yang seimbang dan pada kasus paralisis bell atau lumpuh wajah, keadaan seimbang ini berarti suatu keadaan di mana otot-otot wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi kembali fungsional.

Tahapan-tahapan dari akupuntur tercermin dari ketiga efek diatas yang meliput i Efek Lokal, Efek Segmental, dan Efek Sentral. Efek-efek tersebut menggambarkan suatu mekanisme yang terjadi di titik-titik penusukkan jarum akupuntur khususnya penusukkan jarum pada daerah otot-otot wajah yang mengalami paralisis.

Sebelum melakukan terapi tusuk jarum pada penderita bell’s palsy, pasien diharapkan rileks dan tenang agar otot-otot yang berada pada daerah wajah tidak tegang atau berkontraksi secara berlebihan. 

Untuk mencapai keadaan yang rileks pasien disarankan berbaring,setelah itu dokter melakukan inspeksi dan palpasi pada daerah yang akan ditusuk jarum. Pada pasien lumpuh wajah sebagian, tempat penusukkan bukan di sisi wajah yang normal, melainkan di sisi wajah yang mengalami kelumpuhan. 

Titik-titik yang akan di tusuk adalah daerah yang di rasakan pasien mempunyai rasa nyeri yang tinggi. 

Setelah dokter memilih tempat penusukkan, terlebih dahulu dokter melakukan disinfeksi titik yang akan ditusuk dengan menggunakan disinfektan untuk mensterilkan area penusukkan. 

Jarum yang ditusukkan ke daerah wajah kedalamannya berkisar 0,5 cm dan tidak disarankan menusuk dengan kedalaman yang tinggi, karena hal tersebut bisa menimbulkan perdarahan dan rasa nyeri yang hebat. 

Dampak pengobatan sudah mulai bisa dirasakan pada tusukan pertama, tapi pasien di anjurkan untuk rutin melakukan terapi akupuntur ini sekurang-kurangnya sebanyak 10-12  kali dan terdapat sesi istirahat sebanyak 2-3 hari setelah 2 kali terapi.

Setelah melakukan pengobatan secara akupuntur, dokter harus menginformasikan kepada pasien efek samping dan indikasi apa yang akan terjadi dan menegaskan bahwa itu hanya efek normal yang timbul pasca pengobatan secara akupuntur. 

Efek samping tersebut dapat berupa rasa nyeri sedikit pada daerah yang sudah ditusuk, dan mungkin rasa demam yang akan hilang 2-3 hari dihitung setelah penusukkan.

Terapi akupuntur untuk penderita bell’s palsy ini bertujuan untuk menyembuhkan otot-otot mimik yang mengalami kelumpuhan secara medik. 

Terapi akupuntur ini merupakan pengobatan tradisional yang harus segera di angkat ke dalam praktik kedokteran moderen karena akupuntur mempunyai tingkat keefektifan yang lebih tinggi dan mempunyai resiko paling kecil jika dibandingkan dengan pengobatan-pengobatan barat saat ini.